Friday, January 27, 2006

Miss Matching

Banyak temen yang manggil gw “miss Matching” (suka rada ge er juga sih..). Panggilan ini mungkin me-refer pada benda-benda yang sedang gw pakai, gw bawa atau melekat di badan gw. Memang yang paling gampang di-matching-in adalah dari warna benda tersebut, misalnya tas dan sepatu yang sewarna, atau celana dengan kerudung yang melekat di kepala dan seterusnya. Tapi gw bukan satu-satunya perempuan yang suka berusaha untuk me-matchingkan benda-benda di sekujur tubuh. Masih banyak “miss matching” lain yang beredar di kantor gw, atau di tempat lain di belahan dunia lain. Ceille.

Rasa-rasanya hampir semua perempuan yang memang memperhatikan penampilan pasti akan berusaha terlihat matching, atau minimal, ngga tabrakan. Mulai dari baju, sepatu, jam tangan, tas, atau stationary. Beberapa temen di kantor, kalau kita bongkar tempat pensilnya yang berwarna itu, pasti di dalamnya berisi alat-alat tulis yang juga sama warnanya, mulai dari pensil mekanik, ballpoint, gunting, stapler, lem, rautan, type-ex, penghapus, dll. Ada manfaatnya juga sih, kita jadi tau property masing-masing, misalnya tempat pensil warna ungu beserta isinya pasti punya-nya mbak yu Wied, atau si merah dan seperangkat isinya pasti punyanya mamie n’Die, dan yang oranye gonjreng itu punya gw, dst. Nah, khusus untuk perempuan-perempuan yang hobby matching-in alat tulis ini biasanya termasuk ke dalam stationary-freak juga. Artinya, dari jaman kecilnya dulu udah seneng ngumpulin pernak-pernik alat tulis. Coba deh, suruh mereka ke toko buku, terutama ke corner yang memajang berbagai pernak-pernik alat tulis, atau baru baca plang ”stationary” yang tergantung di plafon toko buku, baik disadari atau tidak, pasti kakinya udah berbelok atau sekedar mampir ke arah situ (walaupun gak harus beli).

Tapi tunggu dulu... jangan langsung membayangkan gw adalah ibu-ibu yang suka ditemui di mal-mal dengan kaos ketat berwarna oranye, pake celana bernuansa carroty, menyandang tas kulit jeruk warna oranye muda, melangkah dengan high heel bertali oranye menyala dan sematan jepit blink-blink berbatu oranye di rambutnya yang ber-highlight copper red. No way....

Gw masih mengikuti norma-norma yang diajarkan pakar grooming di kantor gw. ”You’d better wear fuchsia bag and shoes for your black or dark blue suit”, she said. Yang artinya, jangan sampai coba-coba pakai barang sewarna dari ujung rambut sampai ujung kaki. Don’t you dare leaving your house in monochrome!! Apalagi ber-oranye ria, kaya seragam tukang parkir yang udah gak dipakai hampir satu dekade yang lalu (seragam petugas secure parking aja udah matching loch). Jadi maksudnya, fuchsia bag tadi akan jadi eye catching, atau pemberi aksen dramatis dari keseluruhan penampilan. Gw sendiri suka bereksperimen dalam urusan mendandani muka gw (yang makin lama makin bulet aja, neeh..). Misalnya, gw akan membubuhkan eye shadow warna hijau pupus waktu lagi pakai blouse baby pink. Gw gak akan berani pakai lipstick shocking pink untuk kemeja pink. Atau menjadi cewe berkelopak mata biru hanya karena lagi pakai baju dengan warna biru yang exactly the same. Kalau masih dalam nuansa warna yang sama, boleh laah. Tapi, coba deh pake lipstick warna bibir yang disempurnakan dengan ulasan lip gloss, jangan pakai eye shadow pink, cukup sapukan shading tepat di bawah alis serta bubuhkan maskara pada bulu mata yang udah dijepit. Dijamin lebih segerrr....

Ternyata dalam urusan matching-matching-an ini, gw punya kesamaan lain dengan salah satu temen gw. Dan yang ini hukumnya wajib! Setiap keluar rumah pastikan bahwa bra dan CD yang lagi dipakai sudah matching. At least warnanya sama atau senada. Buat gw sendiri sih, lebih karena alasan psikologis aja, rasanya kok lebih nyaman kalau tau bahwa daleman yang lagi dipakai memang matching dan dalam kondisi layak pakai (gak ada bekas tembakan peluru alias bolong, gitcu). Tapi waktu gw tau salah satu alasan teman gw itu memakai daleman matching adalah karena sebuah petuah dari ibunya, rasanya kok jadi make sense juga. Kata beliau, kita kan tidak pernah akan tahu kalau tiba-tiba kita (amit-amit) pingsan di jalan atau something happen along the day, dan kita terpaksa harus dilarikan ke emergency atw klinik terdekat. Bayangkan ketika team paramedis (ada yang ganteng lagi :P) mau memeriksa, ternyata kita sedang memakai bra renda-renda dengan warna biru turqois sedangkan CD-nya berwarna putih tua agak krem (dekil, maksudnya) dan ada jendelanya lagi... What a disaster !!

Sorenya, terpampang headline di sebuah harian petang ibu kota,
Diketemukan wanita pingsan berinisial XY dengan beberapa lubang di CDnya....

No comments: